Sunday, October 5, 2014

DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR



DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR YANG BERHASIL DAN GAGAL




DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR YANG GAGAL:


 Nova Cidade de Kilammba

 site Nova Cidade de Kilammba

Nova cidade de Kilamba adalah sebuah proyek pembangunan kota mandiri yang terletak dipinggir Luanda, ibukota Angola, Afrika. Nova cidade de Kilamba ini terletak 30 km (18 mile) dari Luanda dan selesai dibangun pada Juli tahun 2012.  Pembangunan kota Kilamba adalah proyek unggulan pemerintah yang digunakan untuk memenuhi janji Presiden Jose Eduardo dos Santos yaitu membangun satu juta rumah dalam waktu empat tahun.

  Nova Cidade de Kilammba

Nova cidade de Kilamba dibangun perusahaan China yaitu China International Trust and Investment Corporation (CITIC) selama tiga tahun yang menghabiskan biaya sebesar US$3,5 miliar atau hampir Rp33 triliun. Pembangunan ini seluruhnya dibiayai uang pemerintah China dan harus dikembalikan Angola dalam bentuk minyak mentah. Nova cidade de Kilamba ini merupakan proyek terbesar dari pembangunan kota-kota satelit di sekitar Luanda yang dibangun perusahaan-perusahaan China. Pembangunan kota Kilamba ini juga diyakini sebagai salah satu mega proyek terbesar di Afrika.


 Nova Cidade de Kilammba



Nova Cidade de Kilammba

Nova cidade de Kilamba memiliki luas 5.000 hektar dan kawasan ini dikembangkan untuk menyediakan hunian yang layak bagi 500 ribu penduduk di Angola. Proyek ini memiliki 750 unit apartemen berlantai delapan, puluhan sekolah, 100 unit toko, stadion dan infrastruktur lainnya. Beberapa pertokoan dan sekolah telah mulai  beroperasi dan ratusan apartemen sudah ditinggali.
Tetapi tidak ada satu pun penduduk Angola yang sanggup membeli unit apartemen ini karena harga yang dipatok sangat besar yakni 75 ribu poundsterling atau sekitar Rp1,1 miliar (Rp14.694 per pounds). Sebagian besar penduduk Angola adalah masyarakat yang hidup jauh di bawah garis kemiskinan dan cenderung hidup kumuh. Untuk itu, biaya tempat tinggal dengan nilai yang besar tersebut sangat tidak sesuai dan tidak mungkin dijangkau oleh penduduk Angola setempat.
Karena penduduk Angola yang tidak sanggup membeli apartment di Nova cidade de Kilamba ini, maka pembangunan kota mandiri angola, di afrika ini mengalami kegagalan sehingga membuat kota ini disebut-sebut sebagai proyek kota hantu. Disebut sebagai Kota hantu karena pembangunan kawasan Nova cidade de Kilamba yang baru dan lengkap dengan segala bangunan serta infrastrukturnya tetapi sepi peminat. Tidak banyak orang dan kendaraan yang terlihat di kota ini hanya sedikit orang terlihat yaitu karyawan perusahaan China. Kota Kilamba ini kosong sepi penghuni, salah satu buktinya yang terlihat adalah sampai saat ini dari 2.800 unit apartemen yang ditawarkan hanya 220 unit yang terjual. Dan jika apartemen-apartemen Nova cidade de Kilamba itu tidak terjual maka pemerintah Angola akan berpotensi dibebani investasi tak bermanfaat.
Dilihat dari kejadian Nova cidade de Kilamba di Angola, Afrika ini menunjukan bahwa masih ada proyek pembangunan yang kurang tepat sasaran, tidak mempertimbangkan kondisi masyarakat sekitar dan mempertimbangkan segala aspek . Dan yang perlu diperhatikan adalah dalam membangun suatu bangunan tidak hanya dilihat dari segi estetika dan desain yang menarik tetapi juga perlu menyeimbangkan dan mempertimbangkan kondisi ekonomi, lingkungan dan keadaan sosial masyarakat setempat. Pembangunan apartment mewah Nova cidade de Kilamba di tempat yang memiliki garis kemiskinan yang tinggi dengan harga yang selangit ini mengakibatkan gagal dan terbengkalainya mega proyek pembangunan kota mandiri di angola, Afrika tersebut.



DAMPAK PEMBANGUNAN ARSITEKTUR YANG BERHASIL:


SUNGAI CHEONGGYECHEON


Contoh arsitektur yang berhasil: Melalui Pembaharuan yang dilakukan oleh pemerintah Korea selatan disebuah sungai di pusat kota.
Pemerintah dan warga Seoul, Korea Selatan sudah membuktikannya bahwa sungai yang kotor dan kumuh bisa menjadi sungai yang bersih, bahkan menjadi tempat wisata yang menarik dikunjungi. Sungai Cheonggyecheon adalah sungai dengan panjang 8,4 km, sungai ini sekarang menjadi ruang rekreasi modern di pusat Kota Seoul Korea Selatan. Penataan kota secara masif di pusat kota ini dilakukan menelan dana sekitar 281 juta dolar Amerika. Pada awalnya dana yang sangat besar ini mengundang protes dari banyak pihak, namun setelah pembukaannya pada tahun2005 tempat ini menjadi tempat favorit bagi penduduk dan para turis. 

Sejarah penataan kawasan Sungai Cheonggyecheon
Setelah Perang Korea tahun 1950-1953, banyak penduduk bermigrasi ke Seoul untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. Karena kondisi  ekonomi para pendatang ini terbatas, mereka lalu mendirikan rumah-rumah tidak permanen disepanjang sungai. Pemukiman ini kemudian menjadikan kawasan Sungai Cheonggyecheon sangatkumuh, sampah dimana-mana, lumpur dan kekumuhan sungai merusak wajah kota Seoul.
Kemudian pada tahun 1958 sungai ini ditutup seluruhnya dengan beton untuk dijadikan jalan, bahkan di atasnya didirikan jembatan layang. Penutupan sungai ini terjadi selama lebih kurang 20 tahun. Pada saat itu jalan di atas sungai dan jalan layang di pusat kota Seoul menjadi lambang kemajuan ekonomi dan industri Korea Selatan.
 Baru pada tahun 2003 seorang Walikota Seoul bernama Lee Myung-bak  berinisiatif untuk memindahkan jalan dan jalan layang di atas Sungai Cheonggyecheon dan mengembalikan sungai menjadi sungai terbuka dan memperbaikinya. Tujuannya adalah untuk mengembalikan kealamiahan pada kota dan mempromosikan desain kota yang ramah lingkungan.Hadirnya sungai dengan air mengalir di kota membuat beberapa jenis ikan, burung dan serangga mulai kembali menghuni sungai. Suhu di sekitarnya juga menurun 3,6⁰. Saat ini Sungai Cheonggyecheon menjadi pusat budaya, rekreasi, taman kota dan pusat ekonomi bagi Seoul.
  
Sungai sepanjang 6 kilometer itu dulunya sangat kumuh, bahkan menjadi jamban dan tempat buang sampah bagi banyak orang.



 Sungai Cheonggyecheon  sempat menjadi simbol kemiskinan di Korea Selatan.
Rumah-rumah panggung kaum miskin bertebaran di sepanjang sungai sehingga membuat sungai Cheonggyecheon menjadi selokan besar dan tak ubahnya sebagai jamban dan tempat buang sampah bagi para pemukimnya. Pemandangan yang tak mengenakkan itu menyebabkan pemerintah setempat lalu melakukan perubahan besar-besaran.


Cheonggyecheon seperti “terlahir kembali”, bahkan kini menjadi salah satu kebanggaan Kota Seoul, ibu kota modern yang memperhatian kelestarian lingkungan hidup.
 
 
Dampak penataan kawasan Sungai Cheonggyecheon

Menurut laman Wikipedia, pada tahun 1958, dengan tujuan menjadikan Seoul sebagai kota modern, sungai Cheonggyecheon berubah fungsi menjadi salah satu simbol “modernisasi” Korsel. Hal ini dilakukan dengan merelokasi para pemukim liar, kemudian di sungai itu dibangun banyak tiang pancang dan beton untuk pembangunan jalan layang. Pada tahun 1976, akhirnya sebuah jalan layang seleabar 16 meter selesai dibangun.
Setelah kondisi Sungai Cheonggyecheon menjadi bersih, bahkan menjadi salah satu pusat rehat sore hari, tingkat polusi udara di Seoul menurun drastis. Udara kota menjadi lebih sejuk.
Penduduk Kota Seoul pun dapat melepas lelah dari kepenatan, bukan hanya di pusat perbelanjaan atau kafe-kafe, tapi juga dapat berkunjung ke sungai bersih ini dan berjalan-jalan di sana. Sebuah tempat yang gratis dan tidak kalah menarik untuk bersantai. Sungai Cheonggyecheon juga menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke Seoul.

Para wisatawan di Sungai Cheonggyecheon











Sungai Cheonggyecheon pada malam hari masih ramai dikunjungi wisatawan


 Semoga sungai Cheonggyecheon dapat menjadi aspirasi dan inspirasi bagi kota-kota besar lainnya dalam menjaga lingkungan sungai yang bersih dan menyenangkan.


Sumber:






No comments:

Post a Comment