Tuesday, January 19, 2016

TUGAS KRITIK ARSITEKTUR: SEPENGGAL JALAN MARGONDA RAYA DARI JALAN JUANDA SAMPAI SILIWANGI



TUGAS KRITIK ARSITEKTUR
KELOMPOK II
“SEPENGGAL JALAN MARGONDA RAYA DARI JALAN JUANDA SAMPAI SILIWANGI”
Nama/NPM:
Dyah Ayu Purbo Siwi/2B314953


ABSTRAK
Jalan Margonda Raya memiliki fungsi jalan primer dengan panjang jalan 4.895 km, volume lalu lintas Jalan Margonda Raya paling tinggi dibandingkan jalan lainnya dikota Depok terutama pada jam sibuk pada pagi hari dan waktu sore dengan jenis kendaraan beragam, kendaraan beroda dua dan empat. Batasan yang diambil yaitu sepenggal Jalan Margonda Raya dari batas jalan Ir.H.Juanda sampai batas Jalan Siliwangi.


BAB I
PENDAHULUAN

1)      Latar Belakang
Kota Depok sudah terkenal dengan kemacetannya, jalan utamanya hanya bertumpu pada Jalan Raya Margonda sepanjang 6 kilometer dari utara-selatan membelah kota itu menjadi 2 bagian. Jalan Margonda Raya merupakan akses utama dari dan kekota Jakarta serta pintu gerbang menuju Kota Depok. Luas kawasan perencanaan yaitu  40, kawasan perencanaan merupakan pusat utama Kota Depok dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan kawasan ini juga dilalui oleh jalur regional Jalan Raya Bogor- Jalan Jagorawi dan sistem tranportasi kereta api Jakarta-Depok-Bogor.
Dengan faktor keuntungan lokasional menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup strategis dan berakses tinggi. Adapun tata guna lahan yang ada di sekitar lokasi Jalan Margonda Raya bervariasi mulai dari perdagangan, pendidikan, jasa, perkantoran sampai dengan pedagang kaki lima sehingga menjadikan daerah Jalan Margonda Raya  menjadi pusat orientasi pergerakan masyarakat baik dalam kota Depok sendiri maupun dari luar kota Depok. Karena yang menjadi pusat orientasi dan berdekatan dengan lokasi terminal antar kota yang cukup besar dan menimbulkan kemacetan di beberapa ruas jalan seperti pada Jalan Margonda Raya. Ditambah lagi Jalan Margonda Raya lokasinya berdekatan dengan pusat perdagangan (Mall) dan sarana-sarana pendidikan.

2)      Masalah dan Batasannya
Pengamatan ini mencoba mengurai permasalahan permasalahan yang ada dari sepenggal jalan raya untuk dicari solusinya. Jalan raya yang ditelaah adalah Jl. Margonda Raya, Depok dengan batasnya dari jalan Juanda sampai Jalan Siliwangi, dan masyarakat pengguna jalan, terutama warga Depok pengguna Jl. Margonda Raya, dan secara umum warga Depok keseluruhan.

3)      Tujuan Penulisan
Makalah ini ditujukan untuk menjelaskan kondisi jalan sebagaimana adanya dalam lapangan dan mengurai permasalahan permasalahan yang ada dari sepenggal jalan raya dari sebuah kota untuk dicari solusinya, yaitu di Jl. Margonda Raya di Depok.

4)      Metode Penulisan
Makalah ini disusun melalui kajian pustaka dan pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung dilakukan di Jl. Margonda Raya, Depok yang dipenuhi berbagai orang dengan beragam kegiatan dan kepentingan.

                          



BAB II
KAJIAN TEORI
Jalan (road) menurut New Oxford American Dictionary berarti a wide way leading from one place to another, esp. one with a specially prepared surface that vehicles can use. Dalam kehidupan perkotaan, jalan mendapatkan statusnya sebagai ruang publik dari pengunaannya oleh masyarakat luas. Ia berbeda dengan ruang privat yang hanya digunakan sebagian kecil masyarakat. Sebagai ruang publik, jalan raya membentuk dan dibentuk oleh memori kolektif. Wacana pengingatan, pengabaian, dan pelupaan terjadi dalam memori kolektif tentang jalan raya.
Jalan merupakan ruang publik yang dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai wakil dari republik. Kata ‘republik’ sendiri berasal dari kata res publica  dalam bahasa Yunani yang berarti ‘urusan publik’. Dalam profil Jl. Margonda Raya setelah diperlebar, Jl. Margonda Raya dan pelengkapnya terdiri dari jalan tempat kendaraan melintas, median jalan, serta parit/trotoar.
Jalan raya selalu menjadi cermin dari kehidupan penggunanya, baik  bagi mereka yang  menggunakannya sebagai jalur transportasi maupun yang menggunakannya sebagai pemicu aktivitas di sekitarnya. Jalan raya menggambarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat: keamanan, ekonomi, politik, sosial budaya, agama/kepercayaan, dsb. Jalan raya bahkan dapat menggambarkan sisi terdalamdari suatu masyarakat: ideologi, filosofi, dsb.
Menurut Oxford Learner’s  Pocket Dictionary (2003) pengertian jalan (street) adalah jalan dengan rumah atau bangunan pada kedua sisinya, sedangkan pengertian road adalah permukaan keras yang dibangun untuk perjalanan kendaraan.
Allan B. Jacob (1993)  menyatakan jalan lebih dari suatu perlengkapan sebuah kota, jalan lebih dari sekedar garis air, garis selokan, garis tiang kabel/kabel listrik, lebih dari ruang linier yang memindahkan orang dan barang dari sini kesana. Jalan harus layak dari segi struktur, sehingga membentuk ruang yang menyenangkan, nyaman dan aman bagi semua pengguna. Jalan adalah tempat untuk bersosialisai dan komersil, bertukar maupun bertemu dan lain-lain. Hal yang sangat besar dalam mempengaruhi kualitas sebuah jalan adalah aktifitas manusia dengan keadaan fisik jalan tersebut.
  


BAB III
PEMBAHASAN



   peta Jalan Margonda yang menjadi amatan
                
   Jalan Margonda Raya merupakan jalan utama terbesar di Depok. Jalan ini adalah akses jalan dari Depok ke Jakarta atau arah Jakarta mau ke Depok. Melihat fungsi Jalan ini yang merupakan jalan utama dan jalan terbesar di Depok, tidak heran jika kondisi Jalan Margonda selalu ramai dipadati berbagai macam kendaraan, baik kendaraan roda dua dan empat. Ditambah dengan lokasinya yang strategis, Jalan Margonda ini juga menjadi pusat aktifitas ekonomi seperti perdagangan dan sarana-sarana pendidikan, serta beberapa sarana kesehatan seperti Rumah Sakit. Dengan jumlah kepadatan pengguna jalan yang tinggi menjadi salah satu penyebab timbulnya permasalahan-permasalahan yang ada di sepenggal Jalan Margonda ini.

Beberapa permasalahan-permasalahan yang ada di Jalan Margonda :
  •   Jalur Sepeda

jalur sepeda di Jalan Margonda

Depok kini memiliki lajur sepeda di sepanjang Jalan Margonda. Pemerintah Kota Depok telah membangun segmen 1 dan 2, menyusul pembangunan lajur sepeda segmen 3. Lajur sepeda segmen 1 memiliki panjang 1,2 km dan lebar 1,5 meter. Lajurnya dimulai dari jam tugu Jalan Siliwangi sampai Ramanda, yang sudah diberi tanda gambar sepeda. Lajur sepeda segmen 2 akan berlokasi di Jalan Margonda Raya, tepatnya sepanjang Balaikota Depok sampai Juanda yang belum diberi tanda gambar sepeda sedangkan segmen 3 sepanjang Juanda hingga perbatasan UI. Segmen 2 dan 3 sudah terdapat trotoar untuk kaum difabel sedangkan segmen 1 belum dilengkapi fasilitas untuk kaum difabel. Trotoar sendiri dibuat untuk memberikan keamanan bagi kaum difabel. Motor diharapkan tidak naik ke trotoar.
Pembangunan lajur sepeda didasari pada Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan. Isinya bahwa setiap daerah harus memiliki kriteria Right of Way (RoW) atau ruang milik jalan selebar 32 meter, termasuk trotoar dan drainase. Maka dari itu, sebagai jalan utama Jalan Margonda dan sekitarnya harus dilengkapi dengan fasilitas jalan diantaranya jalan untuk kaum difabel dan lajur sepeda.
Walikota Depok Nur Mahmudi Ismail saat meresmikan lajur sepeda, Jumat (8/1/2016), mengatakan bahwa pembuatan lajur sepeda merupakan implementasi konsep kota hijau. Lajur sepeda diharapkan dapat menciptakan lingkungan hijau bebas polusi. 

  •   Kemacetan 

kemacetan di Jalan Margonda

Kemacetan sudah bukan hal baru lagi di Depok. Salah satu pemandangan kemacetan di Kota Depok terdapat di kawasan Jalan Margonda Raya, terutama saat akhir pekan. Sumber kemacetan antara lain akibat padatnya kendaraan roda dua dan empat yang melintas, khususnya angkutan kota (angkot) yang seenaknya ngetem dan menurunkan penumpang. Seperti di depan  Gang Kober (jalan alternative menuju stasiun UI), didepan Gunadarma Kampus D,  Depok Town Square (Detos) dan Margo City, di bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) Margonda, didepan ITC,  didepan DMall, dll.
Kemacetan di Depok tidak hanya terpusat di Jalan Margonda Raya. Belakangan kemacetan juga menyebar hampir di semua jalan protokol di kota tersebut, seperti di sepanjang Jalan Raya Sawangan, Jalan Siliwangi, Jalan Juanda, Jalan Raya Cinere, dan Jalan Raya Bogor setiap hari selalu dipadati berbagai kendaraan.
Kemacetan di Kota Depok tidak lagi terjadi pada jam-jam dan hari-hari tertentu, tetapi setiap saat selalu macet. Di Jalan Raya Sawangan, yang merupakan akses menuju ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, faktor penyebab kemacetan selain banyaknya kendaraan roda empat baik angkot maupun mobil pribadi, sangat jarang terlihat polisi lalu lintas tampak sibuk mengatur kemacetan di sana.

  •   Parkir Liar

parkir liar di Jalan Margonda

Di sepanjang Jalan  Margonda Raya, meski jalan ini diperlebar, masih terjadi kemacetan parah. Kemacetan itu disebabkan parkir liar kendaraan roda dua dan empat. Beberapa lokasi yang terlihat banyak kendaraan parkir liar di sepanjang Jalan Margonda Raya adalah di Gang Kober dan Universitas Gunadarma dan didepan deretan toko-toko. Kendaraan yang parkir di Jalan Margonda Raya memanfaatkan satu lajur jalan yang sudah dilebarkan. Pada jam tertentu, termakannya lajur itu tentu sangat mengganggu arus kendaraan. Padahal, di sejumlah titik sudah dipasang rambu dilarang parkir, namun tetap saja tak dihiraukan. Parkir liar semakin terlihat ketika akhir pekan karena banyak rumah makan dan pertokoan di sepanjang Jalan Margonda Raya tidak memiliki lahan parkir.
  
  •   Trotoar

trotoar di Jalan Margonda

Depok juga dirasakan menjadi kota tidak ramah pada pejalan kaki karena jalan-jalannya sangat sedikit menyediakan trotoar untuk pejalan kaki. Jika ditata dengan rapi, Jalan Raya Margonda bisa menjadi semacam Bouleverd yang sangat ideal. Jika kiri-kanan jalan disediakan trotoar luas, maka akan sangat menarik berjalan-jalan. Sayangnya ruang itu tidak tersedia, jadi sayang jalan besar lurus sepanjang 6 km itu hanya menjadi arus lalu lintas saja.

  •  Jembatan Penyebrangan

Jembatan penyeberangan di Jalan Margonda

Kurangnya jembatan penyeberangan untuk pejalan kaki dari satu sisi ke sisi lainnya. Mengakibatkan jalan tersebut tidak ramah terhadap pejalan kaki yang harus menyeberang jalur lalu lintas ramai tersebut. Sering terjadi kecelakaan, sehingga sempat dikritik banyak orang, dan di jalan utama memiliki "polisi tidur".
Jembatan penyeberangan hanya di beberapa tempat, yaitu:
1) di depan Bank Jabar/BNI/Kantor Walikota
2) Plaza Depok/Terminal Depok
3) Detos/Margicity. Untuk 6 km hanya ada 3 jembatan, artinya 1 jembatan penyebrangan untuk 2 km.

  •   Kondisi Jalan

Pengembangan tata kota tumbuh berdasarkan pertumbuhan penduduk di sana. Jalan yang terlanjur dibuat, bukan direncanakan, oleh penduduk, menyediakan space lebar jalan "seadanya" dan sesuai batas-batas tanah. Ini menghasilkan jalan-jalan kota yang sempit namun berkelok-kelok. Pengembangan tata kota yang cantik sudah sulit dilakukan akibat sudah terbentuknya pola jalan yang demikian. Makanya akses semua kendaraan mobil dan motor akan tumpah ke jalan utama Margonda, Juanda, Jalan Raya Bogor. Sementara jalan-jalan sempit dan berkelok tersebut hanya menguntungkan para pemotor yang sudah paham wilayahnya. Inilah dasar utama dari kemacetan Kota Depok.
            Depok yang sudah macet akan tambah parah macetnya karena Jalan Tol Cijago (Cinere Jagorawi) sebentar lagi siap beroperasi. Sejauh ini dari Jagorawi ke Jalan Raya Bogor sudah terhubung, dan dari Jalan Raya Bogor ke Margonda sudah akan terhubung kurang dari 2 tahun. Karena konstruksi jembatan sudah dibangun. Membangun konstruksi di atas tanah jauh lebih cepat. Dan kelihatannya sampai dengan kompleks Universitas Indonesia sudah bebas, terbukti dari sudah adanya jalan tol masih berupa tanah yang sudah berbentuk jalan sepanjang beberapa kilometer, dan setengah jembatan underpass perlintasan Tol Cijago dengan Margonda sudah jadi.

  •   Bangunan Mall di Sepajang Jalan Margonda

Tata ruang dan wilayah Pemkot Depok kurang tertata. Hal itu dapat kita lihat dengan Pemkot Depok begitu mudahnya mengeluarkan izin pendirian Mal – mal besar di daerah penunjang Jakarta yang teramat sempit ini tanpa mengatur letak pendirian antar mal itu. Pemkot terkesan mengutamakan jati diri Depok yang mewah dan modern serta kawasan komersil, tanpa memikirkan efek terhadap kemacetan yang setiap hari semakin macet. Padahal keberadaan Mal – mal yang tumpah ruah di jalan utama Depok lah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan total yang setiap hari mengisi rutinitas warga Depok. Di Kota Sesempit ini tapi memiliki sepuluh mall besar ( Depok Town Square, Margo City, Plaza Depok, Depok Mall, ITC Depok, Cimanggis Mall, Cinere Mall, DTC Maharaja, Giant AURI, dan TIP TOP Depok II ) empat mall terdepan terletak di sepanjang Jalan Raya Margonda. Semua itu melambangkan tingginya investasi pusat perbelanjaan di Depok dan kemacetan yang timbulkannya.
Ø  Kendaraan-kendaraan di Jalan Margonda
Keberadaan angkutan umum yang terasa melebihi kapasitasnya pun menjadi salah satu penyebab kemacetan terjadi, banyaknya angkutan umum membuat semakin meningkatkan persaingan mencari penumpang antar angkot hingga sering melanggar peraturan, dengan ngetem di sembarang tempat hingga menutupi jalan sampai berhenti dan menurunkan penumpang seenaknya bahkan di tengah jalan. Ditambah ketersediaan penambahan volume jalan yang tak sebanding dengan pertumbuhan volume kendaraan serta kekurangan polisi lalu lintas yang mengatur jalan semakin merumitkan masalah kemacetan di Kota Depok.
Jalan Margonda Raya menjadi titik kemacetan utama dengan membutuhkan waktu satu hingga dua jam untuk jarak tujuh kilometer selain keberadaan angkot, tingginya volume kendaraan, aspek keberadaan mal – mal besar di sepanjang jalan tersebut menjadi salah satu penyebab.
Ketua LKPD ( Lembaga Kajian Pembangunan Daerah ) Depok Prihandoko menambahkan, penyebab kemacetan antara lain kerusakan jalan, kurang maksimalnya sistem manajemen transportasi, ketidakseimbangan antara ruas jalan dengan jumlah kendaraan, dan rendahnya partisipasi masyarakat atau ketaatan terhadap aturan.     Sepertinya, pengurangan angkutan umum, penambahan volume jalan baik jalan umum atau jalan bebas hambatan, perbaikan jalan, penambahan jembatan penyeberangan. Pemkot Depok harus segera menata ulang Perencanaan Tata Ruang dan Wilayahnya dan bergerak melaksanakan solusi tersebut.  



BAB IV
KESIMPULAN

Jl. Margonda Raya adalah pusat Kota Depok baik secara geografis maupun ekonomi dan pemerintahan. Lokasi Jl. Margonda Raya juga terasa strategis, ditambah dengan tingginya aktifitas ekonomi dengan banyaknya bangunan komersil yang berjejer sepanjang jalan, menambah tingginya aktifitas masyarakay sehingga menimbulkan permasalahan-permasalahan yang ada seperti yang dijelaskan dalam bab sebelumnya. Untuk itu diperlukan penanganan dan penataan serius dari pemerintah daerah untuk mencari solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada tersebut.

Beberapa kemungkinan pemecahan masalah masalah di sepenggal Jl. Margonda Raya:

  •   Jalur sepeda
Sosialisasi memang kurang dilakukan, tapi Lajur tersebut sendiri sudah diberi tanda dengan gambar sepeda tiap meternya di badan jalan sehingga dapat diketahui peruntukannya. Realitas yang terjadi dilapangan lajur sepeda tersebut dipergunakan untuk parkir kendaraan dan untuk ngetem angkot. Hadirnya Lajur Sepeda ini dirasa kurang efektif, dikarenakan memang Jl. Margonda Raya setiap pagi dan akhir pekan selalu macet dan setiap hari selalu ramai dilintasi kendaraan-kendaraan.

  •   Parkir Liar
Pemkot Depok dirasa kurang tegas  dalam mengatasi parkir liar, sehingga membuat para pengendara masih tetap memarkir kendaraan di bahu jalan. Pemerintah Kota (Pemkot) Depok belum melakukan tindakan hukum atau sanksi yang tegas  kepada pemilik kendaraan seperti yang dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Diharapkan Pemkot Depok melalui Dinas Perhubungan (Dishub) menggunakan tindakan menggembok motor dan mobil yang parkir liar atau diderek ke tempat penyitaan, agar menimbulkan efek jera kepada pelanggar lalu lintas.

  •   Kondisi Jalan dan Kemacetan
Kemungkinan solusi untuk memecahkan arus kendaraan di Margonda, salah satunya membuat jalan arteri di samping kiri tol dari Margonda ke arah Cinere harus dibebaskan dan dibuat arteri yang lebar selebar 3 jalur, dan dapat diteruskan sampai mendekati Cinere, karena di jalan arteri tersebut ada beberapa jalan utama, yaitu 1. Beji Timur, kendaraan arah Beji bisa keluar di daerah ini tak perlu masuk Margonda 2. Jln. Tanah Baru, kendaraan daerah Kukusan sampai ke selatan Sawangan bisa keluar di sini dan 3) Jln. Krukut Raya dan 4) Jln. Limo Raya untuk keluar Cinere. Kalo jalan arteri tersebut dibuat lebar maka sangat membantu kendaraan ke Depok wilayah barat dan selatan kota tidak perlu masuk ke dalam jaringan dalam kota yang sudah ada selama ini, karena kapasitasnya sudah tidak memadai.
            Solusi lainya :
-          Dengan memperbanyak flyover, karena agar tidak  harus berhenti setiap ada mobil yang mau putar arah, kadang hal ini yang membuat macet jalan.
-          Ditertibkannya angkutan kota agar berhenti sesuai dengan tempatnya (halte), dibangunnya sebuah halte pemberhentian dan pada setiap titik lokasi survey dibuat jalur lambat/ tempat pemberhentian angkutan kota.   

  •   Jembatan Penyebrangan
            Sepanjang Jl. Margonda Raya  terdapat bangunan-bangunan komersil seperti Mall dan toko-toko dan tempat pendidikan, sehingga banyak terdapat  aktifitas pengguna jalan disini, terutama para pejalan kaki. Kendaraan-kendaraan yang sudah padat harus berhenti setiap saat untuk memberi kesempatan para pejalan kaki untuk menyebrang. untuk mengatasi masalah tersebut Solusinya yaitu dengan ditutupnya median jalan dengan pagar agar pejalan kaki tidak menyebrang sembarangan (dibuat jembatan penyembrangan orang), dibuat halte pemberhentian dan dibuat juga storage (tempat pemberhentian angkot). Dibuat jembatan penyebrangan jalan dan diberbanyak jumlahnya terutama didepan-depan tempat pendidikan dan Mall-Mall atau bangunan-bangunan besar komersil lainnya.





DAFTAR PUSTAKA
Kusno, Abidin. Ruang Publik, Identitas, dan Memori Kolektif: Jakarta PascaSuharto. (Jakarta: Penerbit Ombak, 2009) 
Penataan Fisik Jalan Literatur, Rohilfa Riza, FT UI, 2008

Thursday, August 13, 2015

GENTING HIGHLAND (TUGAS KLA)


Genting Highlands



Genting Highlands atau Tanah Tinggi Genting (terletak pada ketinggian 2000 m di atas muka laut) adalah puncak gunung dari pegunungan Titiwangsa di Malaysia. Berada di perbatasan Pahang dan Selangor, tempat ini dapat dicapai dengan satu jam berkendara roda empat dari Kuala Lumpur atau melalui kereta gantung Genting Skyway (3.38 kilometres) yang saat ini merupakan yang tercepat di dunia dan terpanjang di Asia Tenggara.




  
Genting Highlands memiliki luas 19,000 m2 . Cuaca di Genting Highlands relatif sejuk dengan suhu tahunan tidak lebih tinggi dari 25 ° C (77 ° F) dan jarang turun di bawah 14 ° C (57 ° F). Suhu terendah Genting Highlands adalah 8.4 ° C (47,1 ° F), kadang di area resort juga diselimuti kabut yang tiba tiba turun. Genting Highlands didirikan oleh Lim Goh Tong dari Fujian, Cina pada awal tahun 1960-an. Genting Highlands merupakan satu-satunya tempat berjudi yang legal di Malaysia serta dioperasikan oleh Resorts World Bhd, anak perusahaan Genting Group atau Genting Bhd.
Resorts World Genting memiliki lima hotel. Salah satu dari lima hotel, The First World Hotel, memegang Guinness World of Records sebagai hotel terbesar di dunia dari tahun 2006 hingga 2013, dengan total 6.118 kamar.




sumber: