TUGAS KRITIK ARSITEKTUR
KELOMPOK II
“SEPENGGAL JALAN MARGONDA RAYA DARI
JALAN JUANDA SAMPAI SILIWANGI”
Nama/NPM:
Dyah
Ayu Purbo Siwi/2B314953
ABSTRAK
Jalan Margonda Raya memiliki fungsi jalan primer dengan panjang
jalan 4.895 km, volume lalu lintas Jalan Margonda Raya paling tinggi
dibandingkan jalan lainnya dikota Depok terutama pada jam sibuk pada pagi hari dan
waktu sore dengan jenis kendaraan beragam, kendaraan beroda dua dan empat.
Batasan yang diambil yaitu sepenggal Jalan Margonda Raya dari batas jalan
Ir.H.Juanda sampai batas Jalan Siliwangi.
BAB I
PENDAHULUAN
1)
Latar
Belakang
Kota Depok sudah terkenal dengan kemacetannya, jalan
utamanya hanya bertumpu pada Jalan Raya Margonda sepanjang 6 kilometer dari
utara-selatan membelah kota itu menjadi 2 bagian. Jalan Margonda Raya merupakan akses utama dari dan kekota Jakarta serta
pintu gerbang menuju Kota Depok. Luas kawasan perencanaan yaitu 40, kawasan perencanaan merupakan pusat utama
Kota Depok dengan fungsi utama sebagai pusat perdagangan dan kawasan ini juga
dilalui oleh jalur regional Jalan Raya Bogor- Jalan Jagorawi dan sistem
tranportasi kereta api Jakarta-Depok-Bogor.
Dengan
faktor keuntungan lokasional menjadikan kawasan ini mempunyai posisi yang cukup
strategis dan berakses tinggi. Adapun tata guna lahan yang ada di sekitar
lokasi Jalan Margonda Raya bervariasi mulai dari perdagangan, pendidikan, jasa,
perkantoran sampai dengan pedagang kaki lima sehingga menjadikan daerah Jalan
Margonda Raya menjadi pusat orientasi
pergerakan masyarakat baik dalam kota Depok sendiri maupun dari luar kota
Depok. Karena yang menjadi pusat orientasi dan berdekatan dengan lokasi
terminal antar kota yang cukup besar dan menimbulkan kemacetan di beberapa ruas
jalan seperti pada Jalan Margonda Raya. Ditambah lagi Jalan Margonda Raya
lokasinya berdekatan dengan pusat perdagangan (Mall) dan sarana-sarana
pendidikan.
2)
Masalah dan Batasannya
Pengamatan ini mencoba mengurai
permasalahan permasalahan yang ada dari sepenggal jalan raya untuk dicari
solusinya. Jalan raya yang ditelaah adalah Jl. Margonda Raya, Depok dengan
batasnya dari jalan Juanda sampai Jalan Siliwangi, dan masyarakat pengguna jalan,
terutama warga Depok pengguna Jl. Margonda Raya, dan secara umum warga Depok
keseluruhan.
3) Tujuan Penulisan
Makalah ini ditujukan untuk menjelaskan
kondisi jalan sebagaimana adanya dalam lapangan dan mengurai permasalahan
permasalahan yang ada dari sepenggal jalan raya dari sebuah kota untuk dicari
solusinya, yaitu di Jl. Margonda Raya di Depok.
4) Metode Penulisan
Makalah ini disusun melalui
kajian pustaka dan pengamatan langsung dilapangan. Pengamatan langsung
dilakukan di Jl. Margonda Raya, Depok yang dipenuhi berbagai orang dengan
beragam kegiatan dan kepentingan.
BAB II
KAJIAN TEORI
Jalan (road)
menurut New Oxford American Dictionary berarti a wide way leading from one place to another, esp. one with
a specially prepared surface that vehicles can use. Dalam kehidupan perkotaan, jalan mendapatkan statusnya
sebagai ruang publik dari pengunaannya oleh masyarakat luas. Ia berbeda dengan
ruang privat yang hanya digunakan sebagian kecil masyarakat. Sebagai ruang
publik, jalan raya membentuk dan dibentuk oleh memori kolektif. Wacana
pengingatan, pengabaian, dan pelupaan terjadi dalam memori kolektif tentang
jalan raya.
Jalan
merupakan ruang publik yang dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai wakil dari
republik. Kata ‘republik’ sendiri berasal dari kata res publica dalam bahasa Yunani yang berarti ‘urusan
publik’. Dalam profil Jl. Margonda Raya setelah diperlebar, Jl. Margonda Raya
dan pelengkapnya terdiri dari jalan tempat kendaraan melintas, median jalan,
serta parit/trotoar.
Jalan raya selalu menjadi cermin dari kehidupan penggunanya,
baik bagi mereka yang menggunakannya
sebagai jalur transportasi maupun yang menggunakannya sebagai pemicu aktivitas
di sekitarnya. Jalan raya menggambarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat:
keamanan, ekonomi, politik, sosial budaya, agama/kepercayaan, dsb. Jalan raya
bahkan dapat menggambarkan sisi terdalamdari suatu masyarakat: ideologi,
filosofi, dsb.
Menurut Oxford Learner’s Pocket Dictionary (2003) pengertian jalan (street)
adalah jalan dengan rumah atau bangunan pada kedua sisinya, sedangkan pengertian
road adalah permukaan keras yang dibangun untuk perjalanan kendaraan.
Allan B. Jacob (1993) menyatakan jalan lebih dari suatu
perlengkapan sebuah kota, jalan lebih dari sekedar garis air, garis selokan,
garis tiang kabel/kabel listrik, lebih dari ruang linier yang memindahkan orang
dan barang dari sini kesana. Jalan harus layak dari segi struktur, sehingga
membentuk ruang yang menyenangkan, nyaman dan aman bagi semua pengguna. Jalan
adalah tempat untuk bersosialisai dan komersil, bertukar maupun bertemu dan
lain-lain. Hal yang sangat besar dalam mempengaruhi kualitas sebuah jalan
adalah aktifitas manusia dengan keadaan fisik jalan tersebut.
BAB
III
PEMBAHASAN
peta Jalan
Margonda yang menjadi amatan
Jalan Margonda Raya merupakan jalan utama
terbesar di Depok. Jalan ini adalah akses jalan dari Depok ke Jakarta atau arah
Jakarta mau ke Depok. Melihat fungsi Jalan ini yang merupakan jalan utama dan
jalan terbesar di Depok, tidak heran jika kondisi Jalan Margonda selalu ramai
dipadati berbagai macam kendaraan, baik kendaraan roda dua dan empat. Ditambah
dengan lokasinya yang strategis, Jalan Margonda ini juga menjadi pusat aktifitas
ekonomi seperti perdagangan dan sarana-sarana pendidikan, serta beberapa sarana
kesehatan seperti Rumah Sakit. Dengan jumlah kepadatan pengguna jalan yang
tinggi menjadi salah satu penyebab timbulnya permasalahan-permasalahan yang ada
di sepenggal Jalan Margonda ini.
Beberapa permasalahan-permasalahan
yang ada di Jalan Margonda :
- Jalur Sepeda
jalur sepeda di Jalan Margonda
Depok kini
memiliki lajur sepeda di sepanjang Jalan Margonda. Pemerintah Kota Depok
telah membangun segmen 1 dan 2, menyusul pembangunan lajur sepeda segmen 3. Lajur
sepeda segmen 1 memiliki panjang 1,2 km dan lebar 1,5 meter. Lajurnya dimulai
dari jam tugu Jalan Siliwangi sampai Ramanda, yang sudah diberi tanda gambar
sepeda. Lajur sepeda segmen 2 akan berlokasi di Jalan Margonda Raya, tepatnya
sepanjang Balaikota Depok sampai Juanda yang belum diberi tanda gambar sepeda
sedangkan segmen 3 sepanjang Juanda hingga perbatasan UI. Segmen 2 dan 3 sudah
terdapat trotoar untuk kaum difabel sedangkan segmen 1 belum dilengkapi
fasilitas untuk kaum difabel. Trotoar sendiri dibuat untuk memberikan keamanan
bagi kaum difabel. Motor diharapkan tidak naik ke trotoar.
Pembangunan lajur
sepeda didasari pada Undang-Undang Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan.
Isinya bahwa setiap daerah harus memiliki kriteria Right of Way (RoW) atau
ruang milik jalan selebar 32 meter, termasuk trotoar dan drainase. Maka dari
itu, sebagai jalan utama Jalan Margonda dan sekitarnya harus dilengkapi dengan
fasilitas jalan diantaranya jalan untuk kaum difabel dan lajur sepeda.
Walikota Depok
Nur Mahmudi Ismail saat meresmikan lajur sepeda, Jumat (8/1/2016), mengatakan
bahwa pembuatan lajur sepeda merupakan implementasi konsep kota hijau. Lajur
sepeda diharapkan dapat menciptakan lingkungan hijau bebas polusi.
- Kemacetan
kemacetan di Jalan Margonda
Kemacetan
sudah bukan hal baru lagi di Depok. Salah satu pemandangan kemacetan di Kota
Depok terdapat di kawasan Jalan Margonda Raya, terutama saat akhir pekan. Sumber
kemacetan antara lain akibat padatnya kendaraan roda dua dan empat yang
melintas, khususnya angkutan kota (angkot) yang seenaknya ngetem dan menurunkan
penumpang. Seperti di depan Gang Kober (jalan
alternative menuju stasiun UI), didepan Gunadarma Kampus D, Depok Town Square (Detos) dan Margo City, di
bawah jembatan penyeberangan orang (JPO) Margonda, didepan ITC, didepan DMall, dll.
Kemacetan
di Depok tidak hanya terpusat di Jalan Margonda Raya. Belakangan kemacetan juga
menyebar hampir di semua jalan protokol di kota tersebut, seperti di sepanjang Jalan
Raya Sawangan, Jalan Siliwangi, Jalan Juanda, Jalan Raya Cinere, dan Jalan Raya
Bogor setiap hari selalu dipadati berbagai kendaraan.
Kemacetan
di Kota Depok tidak lagi terjadi pada jam-jam dan hari-hari tertentu, tetapi
setiap saat selalu macet. Di Jalan Raya Sawangan, yang merupakan akses menuju
ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Depok, faktor penyebab kemacetan selain
banyaknya kendaraan roda empat baik angkot maupun mobil pribadi, sangat jarang
terlihat polisi lalu lintas tampak sibuk mengatur kemacetan di sana.
- Parkir Liar
parkir
liar di Jalan Margonda
Di
sepanjang Jalan Margonda Raya, meski
jalan ini diperlebar, masih terjadi kemacetan parah. Kemacetan itu disebabkan
parkir liar kendaraan roda dua dan empat. Beberapa lokasi yang terlihat banyak
kendaraan parkir liar di sepanjang Jalan Margonda Raya adalah di Gang Kober dan
Universitas Gunadarma dan didepan deretan toko-toko. Kendaraan yang parkir di
Jalan Margonda Raya memanfaatkan satu lajur jalan yang sudah dilebarkan. Pada
jam tertentu, termakannya lajur itu tentu sangat mengganggu arus kendaraan.
Padahal, di sejumlah titik sudah dipasang rambu dilarang parkir, namun tetap
saja tak dihiraukan. Parkir liar semakin terlihat ketika akhir pekan karena
banyak rumah makan dan pertokoan di sepanjang Jalan Margonda Raya tidak memiliki
lahan parkir.
- Trotoar
trotoar di Jalan Margonda
Depok juga dirasakan menjadi kota tidak
ramah pada pejalan kaki karena jalan-jalannya sangat sedikit menyediakan
trotoar untuk pejalan kaki. Jika ditata dengan rapi, Jalan Raya Margonda bisa
menjadi semacam Bouleverd yang sangat ideal. Jika kiri-kanan jalan disediakan
trotoar luas, maka akan sangat menarik berjalan-jalan. Sayangnya ruang itu
tidak tersedia, jadi sayang jalan besar lurus sepanjang 6 km itu hanya menjadi
arus lalu lintas saja.
- Jembatan Penyebrangan
Jembatan penyeberangan di Jalan Margonda
Kurangnya jembatan penyeberangan
untuk pejalan kaki dari satu sisi ke sisi lainnya. Mengakibatkan jalan tersebut
tidak ramah terhadap pejalan kaki yang harus menyeberang jalur lalu lintas
ramai tersebut. Sering terjadi kecelakaan, sehingga sempat dikritik banyak
orang, dan di jalan utama memiliki "polisi tidur".
Jembatan penyeberangan hanya di beberapa
tempat, yaitu:
1) di depan Bank Jabar/BNI/Kantor
Walikota
2) Plaza Depok/Terminal Depok
3) Detos/Margicity. Untuk 6 km hanya
ada 3 jembatan, artinya 1 jembatan penyebrangan untuk 2 km.
- Kondisi Jalan
Pengembangan tata kota tumbuh
berdasarkan pertumbuhan penduduk di sana. Jalan yang terlanjur dibuat, bukan
direncanakan, oleh penduduk, menyediakan space lebar jalan "seadanya"
dan sesuai batas-batas tanah. Ini menghasilkan jalan-jalan kota yang sempit
namun berkelok-kelok. Pengembangan tata kota yang cantik sudah sulit dilakukan akibat
sudah terbentuknya pola jalan yang demikian. Makanya akses semua kendaraan
mobil dan motor akan tumpah ke jalan utama Margonda, Juanda, Jalan Raya Bogor.
Sementara jalan-jalan sempit dan berkelok tersebut hanya menguntungkan para
pemotor yang sudah paham wilayahnya. Inilah dasar utama dari kemacetan Kota
Depok.
Depok yang sudah macet akan tambah parah macetnya karena Jalan Tol Cijago (Cinere Jagorawi) sebentar lagi siap beroperasi. Sejauh ini dari Jagorawi ke Jalan Raya Bogor sudah terhubung, dan dari Jalan Raya Bogor ke Margonda sudah akan terhubung kurang dari 2 tahun. Karena konstruksi jembatan sudah dibangun. Membangun konstruksi di atas tanah jauh lebih cepat. Dan kelihatannya sampai dengan kompleks Universitas Indonesia sudah bebas, terbukti dari sudah adanya jalan tol masih berupa tanah yang sudah berbentuk jalan sepanjang beberapa kilometer, dan setengah jembatan underpass perlintasan Tol Cijago dengan Margonda sudah jadi.
Depok yang sudah macet akan tambah parah macetnya karena Jalan Tol Cijago (Cinere Jagorawi) sebentar lagi siap beroperasi. Sejauh ini dari Jagorawi ke Jalan Raya Bogor sudah terhubung, dan dari Jalan Raya Bogor ke Margonda sudah akan terhubung kurang dari 2 tahun. Karena konstruksi jembatan sudah dibangun. Membangun konstruksi di atas tanah jauh lebih cepat. Dan kelihatannya sampai dengan kompleks Universitas Indonesia sudah bebas, terbukti dari sudah adanya jalan tol masih berupa tanah yang sudah berbentuk jalan sepanjang beberapa kilometer, dan setengah jembatan underpass perlintasan Tol Cijago dengan Margonda sudah jadi.
- Bangunan Mall di Sepajang Jalan Margonda
Tata
ruang dan wilayah Pemkot Depok kurang tertata. Hal itu dapat kita lihat dengan Pemkot
Depok begitu mudahnya mengeluarkan izin pendirian Mal – mal besar di daerah
penunjang Jakarta yang teramat sempit ini tanpa mengatur letak pendirian antar
mal itu. Pemkot terkesan mengutamakan jati diri Depok yang mewah dan modern
serta kawasan komersil, tanpa memikirkan efek terhadap kemacetan yang setiap
hari semakin macet. Padahal keberadaan Mal – mal yang tumpah ruah di jalan
utama Depok lah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan total
yang setiap hari mengisi rutinitas warga Depok. Di Kota Sesempit ini tapi
memiliki sepuluh mall besar ( Depok Town Square, Margo City, Plaza Depok, Depok
Mall, ITC Depok, Cimanggis Mall, Cinere Mall, DTC Maharaja, Giant AURI, dan TIP
TOP Depok II ) empat mall terdepan terletak di sepanjang Jalan Raya Margonda.
Semua itu melambangkan tingginya investasi pusat perbelanjaan di Depok dan
kemacetan yang timbulkannya.
Ø Kendaraan-kendaraan
di Jalan Margonda
Keberadaan
angkutan umum yang terasa melebihi kapasitasnya pun menjadi salah satu penyebab
kemacetan terjadi, banyaknya angkutan umum membuat semakin meningkatkan
persaingan mencari penumpang antar angkot hingga sering melanggar peraturan,
dengan ngetem di sembarang tempat hingga menutupi jalan sampai berhenti dan
menurunkan penumpang seenaknya bahkan di tengah jalan. Ditambah ketersediaan
penambahan volume jalan yang tak sebanding dengan pertumbuhan volume kendaraan
serta kekurangan polisi lalu lintas yang mengatur jalan semakin merumitkan
masalah kemacetan di Kota Depok.
Jalan
Margonda Raya menjadi titik kemacetan utama dengan membutuhkan waktu satu
hingga dua jam untuk jarak tujuh kilometer selain keberadaan angkot, tingginya
volume kendaraan, aspek keberadaan mal – mal besar di sepanjang jalan tersebut
menjadi salah satu penyebab.
Ketua
LKPD ( Lembaga Kajian Pembangunan Daerah ) Depok Prihandoko menambahkan,
penyebab kemacetan antara lain kerusakan jalan, kurang maksimalnya sistem
manajemen transportasi, ketidakseimbangan antara ruas jalan dengan jumlah
kendaraan, dan rendahnya partisipasi masyarakat atau ketaatan terhadap aturan. Sepertinya, pengurangan angkutan umum,
penambahan volume jalan baik jalan umum atau jalan bebas hambatan, perbaikan
jalan, penambahan jembatan penyeberangan. Pemkot Depok harus segera menata
ulang Perencanaan Tata Ruang dan Wilayahnya dan bergerak melaksanakan solusi
tersebut.
BAB IV
KESIMPULAN
Jl. Margonda Raya adalah pusat Kota Depok baik secara geografis
maupun ekonomi dan pemerintahan. Lokasi Jl. Margonda Raya juga terasa strategis,
ditambah dengan tingginya aktifitas ekonomi dengan banyaknya bangunan komersil yang
berjejer sepanjang jalan, menambah tingginya aktifitas masyarakay sehingga menimbulkan
permasalahan-permasalahan yang ada seperti yang dijelaskan dalam bab
sebelumnya. Untuk itu diperlukan penanganan dan penataan serius dari pemerintah
daerah untuk mencari solusi dalam memecahkan permasalahan yang ada tersebut.
Beberapa kemungkinan pemecahan masalah masalah di sepenggal Jl.
Margonda Raya:
- Jalur sepeda
Sosialisasi
memang kurang dilakukan, tapi Lajur tersebut sendiri sudah diberi tanda dengan
gambar sepeda tiap meternya di badan jalan sehingga dapat diketahui
peruntukannya. Realitas yang terjadi dilapangan lajur sepeda tersebut dipergunakan
untuk parkir kendaraan dan untuk ngetem angkot. Hadirnya Lajur Sepeda ini
dirasa kurang efektif, dikarenakan memang Jl.
Margonda Raya setiap pagi dan akhir pekan selalu macet dan setiap hari selalu ramai
dilintasi kendaraan-kendaraan.
- Parkir Liar
Pemkot
Depok dirasa kurang tegas dalam
mengatasi parkir liar, sehingga membuat para pengendara masih tetap memarkir
kendaraan di bahu jalan. Pemerintah Kota (Pemkot) Depok belum melakukan
tindakan hukum atau sanksi yang tegas kepada pemilik kendaraan seperti yang
dilakukan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Diharapkan Pemkot Depok
melalui Dinas Perhubungan (Dishub) menggunakan tindakan menggembok motor dan
mobil yang parkir liar atau diderek ke tempat penyitaan, agar menimbulkan efek
jera kepada pelanggar lalu lintas.
- Kondisi Jalan dan Kemacetan
Kemungkinan
solusi untuk memecahkan arus kendaraan di Margonda, salah satunya membuat jalan
arteri di samping kiri tol dari Margonda ke arah Cinere harus dibebaskan dan
dibuat arteri yang lebar selebar 3 jalur, dan dapat diteruskan sampai mendekati
Cinere, karena di jalan arteri tersebut ada beberapa jalan utama, yaitu 1. Beji
Timur, kendaraan arah Beji bisa keluar di daerah ini tak perlu masuk Margonda
2. Jln. Tanah Baru, kendaraan daerah Kukusan sampai ke selatan Sawangan bisa
keluar di sini dan 3) Jln. Krukut Raya dan 4) Jln. Limo Raya untuk keluar
Cinere. Kalo jalan arteri tersebut dibuat lebar maka sangat membantu kendaraan
ke Depok wilayah barat dan selatan kota tidak perlu masuk ke dalam jaringan
dalam kota yang sudah ada selama ini, karena kapasitasnya sudah tidak memadai.
Solusi lainya :
Solusi lainya :
-
Dengan
memperbanyak flyover, karena agar tidak harus
berhenti setiap ada mobil yang mau putar arah, kadang hal ini yang membuat
macet jalan.
-
Ditertibkannya angkutan kota
agar berhenti sesuai dengan tempatnya (halte), dibangunnya sebuah halte
pemberhentian dan pada setiap titik lokasi survey dibuat jalur lambat/ tempat
pemberhentian angkutan kota.
- Jembatan Penyebrangan
Sepanjang
Jl. Margonda Raya terdapat
bangunan-bangunan komersil seperti Mall dan toko-toko dan tempat pendidikan,
sehingga banyak terdapat aktifitas
pengguna jalan disini, terutama para pejalan kaki. Kendaraan-kendaraan yang
sudah padat harus berhenti setiap saat untuk memberi kesempatan para pejalan
kaki untuk menyebrang. untuk mengatasi masalah tersebut Solusinya yaitu dengan ditutupnya
median jalan dengan pagar agar pejalan kaki tidak menyebrang sembarangan
(dibuat jembatan penyembrangan orang), dibuat halte pemberhentian dan dibuat
juga storage (tempat pemberhentian angkot). Dibuat jembatan penyebrangan jalan
dan diberbanyak jumlahnya terutama didepan-depan tempat pendidikan dan
Mall-Mall atau bangunan-bangunan besar komersil lainnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusno, Abidin. Ruang Publik, Identitas, dan Memori Kolektif:
Jakarta PascaSuharto. (Jakarta: Penerbit Ombak, 2009)
Penataan
Fisik Jalan Literatur, Rohilfa Riza, FT UI, 2008
No comments:
Post a Comment